Catatan serikat guru soal kualitas pendidikan rendah dan kekerasan di sekolah

Federasi Serikat Guru Indonesia merilis Catatan Akhir Tahun 2017. ©2017 Merdeka.com
Merdeka.com - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) merilis Catatan Akhir Tahun (Catahu) sektor pendidikan sepanjang 2017. Pertama soal pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy yang dinilai mengkambinghitamkan anak-anak NTT dari hasil survei Program for International Students Assessement (PISA).
Berdasarkan survei PISA, kualitas pendidikan Indonesia masuk dalam ranking paling bawah.
"Kualitas pendidikan Indonesia yang paling jeblok menurut indikator PISA, namun Mendikbud bukannya menjadikan sebagai bahan evaluasi menyeluruh. Tapi malah mengkambinghitamkan anak-anak NTT," kata Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) FSGI, Satriwan Salim di Kantor YLBH Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (26/12).
Kedua, lanjut Satriwan, Kemendikbud juga lemah dalam kontrol buku pelajaran oleh Pusbukkur. Karena, masih saja ada beberapa buku pelajaran yang berisi radikalisme, konten pornografi dan kekeliruan dalam penulisan buku.
"Selain itu juga ditemukan buku yang diduga kuat berisi konten yang mengkampanyekan LGBT dalam judul buku Balita Langsung Membaca," nilainya.
Bukan hanya itu saja, FSGI juga mencatat bahwa sampai saat ini pendidikan terhadap anak juga dilakukan dengan cara kekerasan. Dia mengambil contoh di Sukabumi, Jawa Barat. Beberapa waktu lalu, seorang siswa kelas III SD inisial SR tewas setelah terlibat perkelahian dengan temannya di belakang sekolah.
"Di Lombok Barat KPAI dan SGI Mataram juga pernah menerima laporan terkait kasus pemukulan terhadap sejumlah siswa yang kerap dilakukan oleh seorang guru.